Berawal dari rencana Romawi yang ingin menguasai wilayah Syria, sebagai batu loncatan untuk menaklukkan Jazirah Arab dan negeri-negeri sekitarnya, seperti yordania, irak, dan iran. Sekaligus untuk memberangus ajaran Islam yang dianggap membahayakan kedaulatan Romawi.
Namun rencana ini akhirnya diketahui oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lewat agen-agen informannya. Menyadari lawan yang dihadapi bukan pasukan sembarangan, Rasulullah pun menyusun rencana untuk menyerang terlebih dahulu, ia menurunkan tiga orang panglima terbaiknya.
Akhirnya pada bulan Jumadil Ula, tahun kedelapan Hijrah tentara Islam bersiap bergerak menuju Balqa' Syiria. Rasulullah melepas kepergian bala tentaranya dengan memberikan komando, "Kalian semua berada di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah! Seandainya ia tewas, pimpinan akan diambil alih oleh Ja'far bin Abi Thalib; dan seandainya Ja'far tewas pula, maka komando hendaklah dipegang oleh Abdullah ibnul Ra wahah ".
Bukan tanpa alasan Rasulullah menuruh Zaid sebagai komandan pertempuran, tampang dan perawakannya Zaid Bin Haritsah memang biasa saja, pendek dengan kulit coklat kemerah-merahan, dan hidung yang agak pesek. Tetapi dalam beberapa pertempuran yang terjadi, Rasulullah SAW selalu menugaskan Zaid bin Haritsah sebagai panglima perangnya, seperti perang Al-Jumuh, at-Tharaf, al-'Ish, al-Hismi. Aisyah ra. Sendiri berucap, "Setiap Nabi mengirimkan Zaid dalam suatu pasukan, pasti ia yang diangkat jadi pemimpinnya'"
Para Panglima yang ditugaskan Rasulullah sebenarnya menyadari betul, kalau kelak mereka akan menjemput ajal disana, Abdullah bin Rawahah ra. Salah satu panglima perang sempat bersyair,
Engkau meminta ampunan dari Tuhanmu.
Sedangkan kami menginginkan pedang yang akan memutuskan pembuluh-pembuluh darah atau tombak yang akan menusuk lambung dan hatiku
Jika nanti, orang-orang melewati kuburan kami, mereka akan berkata:
Inilah orang-orang yang telah berjuang untuk Allah. Sungguh, kalian betul-betul telah mendapat petunjuk dan kejayaan
Perang Muktah, adalah perang antara kaum muslim melawan pasukan Romawi dengan kekuatan yang tidak seimbang. Saat itu jumlah pasukan muslim hanya berjumlah 3000 orang, sedangkan Pasukan Romawi yang saat itu di pimpin Heraklius mendapat bantuan dari suku-suku badui yang terapat di sekitar Syiria. Hingga jumlah pasukan Romawi berjumlah tidak kurang dari 200.000 orang.
Namun rencana ini akhirnya diketahui oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, lewat agen-agen informannya. Menyadari lawan yang dihadapi bukan pasukan sembarangan, Rasulullah pun menyusun rencana untuk menyerang terlebih dahulu, ia menurunkan tiga orang panglima terbaiknya.
Akhirnya pada bulan Jumadil Ula, tahun kedelapan Hijrah tentara Islam bersiap bergerak menuju Balqa' Syiria. Rasulullah melepas kepergian bala tentaranya dengan memberikan komando, "Kalian semua berada di bawah pimpinan Zaid bin Haritsah! Seandainya ia tewas, pimpinan akan diambil alih oleh Ja'far bin Abi Thalib; dan seandainya Ja'far tewas pula, maka komando hendaklah dipegang oleh Abdullah ibnul Ra wahah ".
Bukan tanpa alasan Rasulullah menuruh Zaid sebagai komandan pertempuran, tampang dan perawakannya Zaid Bin Haritsah memang biasa saja, pendek dengan kulit coklat kemerah-merahan, dan hidung yang agak pesek. Tetapi dalam beberapa pertempuran yang terjadi, Rasulullah SAW selalu menugaskan Zaid bin Haritsah sebagai panglima perangnya, seperti perang Al-Jumuh, at-Tharaf, al-'Ish, al-Hismi. Aisyah ra. Sendiri berucap, "Setiap Nabi mengirimkan Zaid dalam suatu pasukan, pasti ia yang diangkat jadi pemimpinnya'"
Para Panglima yang ditugaskan Rasulullah sebenarnya menyadari betul, kalau kelak mereka akan menjemput ajal disana, Abdullah bin Rawahah ra. Salah satu panglima perang sempat bersyair,
Engkau meminta ampunan dari Tuhanmu.
Sedangkan kami menginginkan pedang yang akan memutuskan pembuluh-pembuluh darah atau tombak yang akan menusuk lambung dan hatiku
Jika nanti, orang-orang melewati kuburan kami, mereka akan berkata:
Inilah orang-orang yang telah berjuang untuk Allah. Sungguh, kalian betul-betul telah mendapat petunjuk dan kejayaan
Perang Muktah, adalah perang antara kaum muslim melawan pasukan Romawi dengan kekuatan yang tidak seimbang. Saat itu jumlah pasukan muslim hanya berjumlah 3000 orang, sedangkan Pasukan Romawi yang saat itu di pimpin Heraklius mendapat bantuan dari suku-suku badui yang terapat di sekitar Syiria. Hingga jumlah pasukan Romawi berjumlah tidak kurang dari 200.000 orang.
Pasukan muslim yang mengetahui besarnya jumlah pasukan Romawi sempat ciut, namun Abdullah bin Ra’wahah berhasil memompa semangat pasukan muslim, “tuan-tuan, apa yang tidak kalian sukai namun sebenarnya adalah sesuatu yang amat baik saat ini ada didepan kalian, darinya kita akan memperoleh salah satu dari dua keuntungan, mati syahid atau menang!”.
Pasukan muslim kembali bersemangat, di wilayah muktah pertempuran sengit itu terjadi, 3000 pasukan muslim melawan 200.000 pasukan koalisi Romawi-Badui Arab. Zaid bin Haritsah sang panglima perang bertempur dengan gagah berani, namun ia harus tersungkur ketika tombak-tombak milik pasukan Romawi mulai mengoyak tubuhnya, dan sebelum kematiannya menjelang, ia menyerahkan panji yang dibawanya ke Ja’far yang berada didekatnya.
Tak seperti Zaid, Ja’far berwajah tampan dan masih muda, beberapa sumber mengatakan wajahnya seperti Rasulullah. Dengan mengendarai kuda, ia menerjang musuh-musuhnya, pedang di tangan kanan dan panji ditangan kiri. Namun nahas, kuda milik Ja’far pun akhirnya tertembus tombak, Ja’far jatuh, satu sabetan pedang menebas tangan kirinya, mati-matian ia mempertahankan panji yang dibawanya dengan tangan kanan, namun lagi-lagi satu tebasan pedang memotong tangan kanannya, ia lalu mengapit panji tersebut dengan kedua pangkal tangannya yang buntung, lalu berlari menuju Abdullah bin Ra’wahah. Ja’far mnenemui syahid nya dengan kondisi badan terbelah dua. Abdullah bin Ra’awahah menerima panji yang sudah koyak itu dari Ja’far. Dan bertempur hingga titik darah penghabisan.
Panji tersebut berhasil diselamatkan olehTsabit bin Arqam dan diserahkan kepada Khalid bin Walid, seorang panglima perang yang tidak ditunjuk oleh Rasulullah. Khalid menyadari kalau pertempuran berjalan tidak seimbang. Ia pun mengatur siasat, ia memecah pasukan muslim menjadi beberapa bagian-bagian kecil, lalu memerintahkan agar barisan-barisan paling belakang membuat suara gaduh, seolah-olah pasukan bantuan kaum muslim segera tiba.
Siasat ini ternyata berhasil, tentara Romawi yang sudah kerepotan dengan 3000 orang pasukan muslim tidak ingin menghadapi “pasukan tambahan” yang entah dari mana datangnya itu. Merekapun menarik diri dari medan pertempuran.
Perang yang telah berjalan selama beberapa hari itu berakhir tanpa ada kemenangan dari masing-masing pihak, kaum muslim kehilangan tiga orang panglima terbaiknya beserta ratusan pasukan, sementara tentara Romawi juga kehilangan Ribuan pasukan.
Pasukan Muslim pulang kembali ke Madinah dengan disambut ejekan, karena pulang sebelum menang. Beberapa minggu kemudian, Rasulullah mengutus Amru bin Ash sebagai panglima perang, dengan dibantu Ubaidah, seorang ahli perang dari golongan Muhajirin, untuk kembali bertempur dengan pasukan Romawi yang saat itu menduduki Syiria. Pertempuran ini dimenangkan oleh pasukan muslim, dan Syiria pun berhasil direbut. Beberapa tahun setelah wafatnya Rasululllah, Pasukan Muslim menyebrangi laut dan berhasil merebut Cyprus, sebagian Eropa, dan Sisilia dari tangan Romawi.
sumber, syrah nabawi
Pasukan muslim kembali bersemangat, di wilayah muktah pertempuran sengit itu terjadi, 3000 pasukan muslim melawan 200.000 pasukan koalisi Romawi-Badui Arab. Zaid bin Haritsah sang panglima perang bertempur dengan gagah berani, namun ia harus tersungkur ketika tombak-tombak milik pasukan Romawi mulai mengoyak tubuhnya, dan sebelum kematiannya menjelang, ia menyerahkan panji yang dibawanya ke Ja’far yang berada didekatnya.
Tak seperti Zaid, Ja’far berwajah tampan dan masih muda, beberapa sumber mengatakan wajahnya seperti Rasulullah. Dengan mengendarai kuda, ia menerjang musuh-musuhnya, pedang di tangan kanan dan panji ditangan kiri. Namun nahas, kuda milik Ja’far pun akhirnya tertembus tombak, Ja’far jatuh, satu sabetan pedang menebas tangan kirinya, mati-matian ia mempertahankan panji yang dibawanya dengan tangan kanan, namun lagi-lagi satu tebasan pedang memotong tangan kanannya, ia lalu mengapit panji tersebut dengan kedua pangkal tangannya yang buntung, lalu berlari menuju Abdullah bin Ra’wahah. Ja’far mnenemui syahid nya dengan kondisi badan terbelah dua. Abdullah bin Ra’awahah menerima panji yang sudah koyak itu dari Ja’far. Dan bertempur hingga titik darah penghabisan.
Panji tersebut berhasil diselamatkan olehTsabit bin Arqam dan diserahkan kepada Khalid bin Walid, seorang panglima perang yang tidak ditunjuk oleh Rasulullah. Khalid menyadari kalau pertempuran berjalan tidak seimbang. Ia pun mengatur siasat, ia memecah pasukan muslim menjadi beberapa bagian-bagian kecil, lalu memerintahkan agar barisan-barisan paling belakang membuat suara gaduh, seolah-olah pasukan bantuan kaum muslim segera tiba.
Siasat ini ternyata berhasil, tentara Romawi yang sudah kerepotan dengan 3000 orang pasukan muslim tidak ingin menghadapi “pasukan tambahan” yang entah dari mana datangnya itu. Merekapun menarik diri dari medan pertempuran.
Perang yang telah berjalan selama beberapa hari itu berakhir tanpa ada kemenangan dari masing-masing pihak, kaum muslim kehilangan tiga orang panglima terbaiknya beserta ratusan pasukan, sementara tentara Romawi juga kehilangan Ribuan pasukan.
Pasukan Muslim pulang kembali ke Madinah dengan disambut ejekan, karena pulang sebelum menang. Beberapa minggu kemudian, Rasulullah mengutus Amru bin Ash sebagai panglima perang, dengan dibantu Ubaidah, seorang ahli perang dari golongan Muhajirin, untuk kembali bertempur dengan pasukan Romawi yang saat itu menduduki Syiria. Pertempuran ini dimenangkan oleh pasukan muslim, dan Syiria pun berhasil direbut. Beberapa tahun setelah wafatnya Rasululllah, Pasukan Muslim menyebrangi laut dan berhasil merebut Cyprus, sebagian Eropa, dan Sisilia dari tangan Romawi.
sumber, syrah nabawi