PENERAPAN
PEMBELAJARAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
DI KELAS 6 GUNA MENGHADAPI
UJIAN 2013/2014
DI MADRASAH
IBTIDAIYAH SALAFIYAH TANJUNG
KECAMATAN TIRTO
KABUPATEN PEKALONGAN
Disusun untuk
memenuhi tugas Ulangan Tengah Semester
Mata Kuliah : Inovasi
Pendidikan
Dosen Pengampu
: Muhamad Fauzan, M.Pd
Disusun Oleh :
ABDUL JAMI’ NIM
: 342 111 001
AFRIANTO BARON NIM
: 342 111 003
BURHANUDIN NIM : 342 111 009
M. KHIRZUDDIN NIM : 342 111 021
MUHAMMAD FADLAN NIM : 342 111 026
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM KI AGENG PEKALONGAN
TAHUN AKADEMIK
2012/2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya
manusia, sedangkan kualitas sumber daya manusia tergantung pada kualitas
pendidikannya. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan masyarakat
yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Oleh karena itu, pembaharuan model
pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan suatu
bangsa. Kemajuan bangsa Indonesia dapat dicapai melalui penataan pendidikan
yang baik, dengan adanya berbagai upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan
dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia. Untuk mencapainya,
pembaharuan pendidikan di Indonesia
perlu terus dilakukan untuk menciptakan dunia pendidikan yang adaptif terhadap
perubahan jaman.
Dalam menghadapi Ujian Nasional pada tahun 2013/2014 ini, guru dan
siswa MIS Tanjung berusaha dengan keras untuk dapat meningkatkan efektifitasnya
dalam pelaksanaan pendidikan. Carut marutnya proses ujian yang dilaksanakan
pada tahun ini tidak menyebabkan berkurangnya keinginan siswa dalam belajar.
Berbagai langkah juga ditempuh oleh guru MIS Tanjung melalui berbagai model
pembelajaran yang kini telah diterapkan. Tentunya dalam hal ini muncul ide atau
inovasi baru yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa yang
mengakibatkan ujian tersebut berhasil.
Dalam proses pembelajaran seringkali siswa mengalami kesulitan
dalam menerima pelajaran yang disebabkan oleh faktor- faktor tertentu. Selama
ini model pembelajaran yang sebagian besar digunakan oleh guru di sekolah dalam
mengajar adalah model pembelajaran langsung. Pada pembelajaran langsung, guru
merupakan subyek utama kegiatan pembelajaran. Guru dalam menyampaikan dan
menyajikan bahan pelajaran disertai dengan macam-macam penggunaan metode
pembelajaran lain, seperti diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, dan
sebagainya. Guru menjelaskan materi yang diajarkan dengan menggunakan contoh,
kemudian siswa diminta untuk menyebutkan kembali dan menerapkan ke soal yang
lain yang sesuai dengan contoh tersebut, guru merupakan subyek utama dalam
proses pembelajaran. Dengan proses belajar seperti diatas akan menyebabkan
siswa kurang aktif melibatkan dirinya dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
pemahaman siswa tentang pelajaran sangat lemah.
Sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa perlu dikembangkan
suatu pembelajaran yang tepat sehingga dapat memberikan kesempatan bagi siswa
untuk bertukar pendapat, bekerjasama dengan teman, berinteraksi dengan guru,
menggunakan maupun mengingat kembali konsep yang dipelajari. Mengingat
pentingnya pendidikan, guru diharapkan mampu merencanakan pembelajaran
sedemikian rupa sehingga siswa dapat tertarik untuk meningkatkan kemampuannya
dalam pembelajaran.
Berbagai upaya yang telah ditempuh untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran di MIS Tanjung diantaranya adalah menggunakan model pembelajaran
Kooperatif. Dalam proses pembelajaran dengan model tersebut diharapkan siswa
dapat lebih fokus dalam menerima materi pelajaran yang akan diajarkan. Terkait
dengan hal tersebut diatas, salah satu unsur yang sering dikaji dalam
hubungannya dengan keaktifan dan hasil belajar siswa adalah model yang
digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Dengan menggunakan model
pembelajaran yang lebih menuntut siswa untuk aktif akan mengakibatkan siswa
dapat berpikir kritis, kreatif, logis, dan percaya diri.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka dalam
studi kasus ini dirumuskan sebagai berikut:
1.
Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif?
2.
Apakah hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif
tersebut lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model
pembelajaran sebelumnya?
3.
Bagaimanakah konsep dalam model pembelajaran kooperatif yang
dilaksanakan di MIS Tanjung Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan?
4.
Apakah terdapat interaksi antara penerapan model pembelajaran dan
tingkat motivasi siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tersebut?
C.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diutarakan diatas, maka tujuan
penelitian ini secara umum yaitu untuk mendapatkan informasi atau gambaran
tentang keberhasilan pembelajaran dengan model kooperatif.
Secara khusus, studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui :
1.
Apakah hasil belajar siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
model kooperatif lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
model pembelajaran sebelumnya.
2.
Bagaimana konsep dalam model pembelajaran kooperatif yang
dilaksanakan di MIS Tanjung Kecamatan Tirto Kabupaten Pekalongan.
3.
Apakah terdapat interaksi antara penerapan model pembelajaran dan
tingkat motivasi belajar siswa terhadap hasil ujian yang didapat.
D.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Dalam studi kasus tentang model pembelajaran kooperatif ini, kami
mengambil lokasi di MIS Tanjung Tirto Kabupaten Pekalongan. Proses yang kami
lakukan adalah dengan cara wawancara dan melihat langsung bagaimana proses
pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif. Dalam hal ini kami melakukan
proses penelitian dengan pembagian waktu sebagai berikut :
Kamis, 25 April 2013 :
a. Mencari informasi tentang pelaksanaan model pembelajaran kooperatif.
b. Bagaimana proses dan cara pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif.
c.
Pengamatan langsung pembelajaran model kooperatif
dengan melihat proses pembelajarannya.
Senin, 29 April 2013 :
a. Menanyakan kepada guru pengampu dan
kepala sekolah serta siswa apakah hasil belajar menggunakan model pembelajaran
kooperatif lebih baik dari metode sebelumnya.
b. Adakah interaksi antara penerapan model
pembelajaran dan tingkat motivasi belajar siswa terhadap hasil ujian yang
didapat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Ide Inovasi
Dalam perkembangan pendidikan di MIS Tanjung beberapa tahun yang
lalu masih belum dapat menunjukkan hasil yang memuaskan. Kemudian bertambahnya
pengalaman dalam mengajar dan para guru sudah banyak yang menempuh tingkat
pendidikan S1, maka para guru di MIS Tanjung dapat menemukan model pembelajaran
yang kemudian dapat menambah kemajuan dalam hasil prestasi belajar siswa. Dalam
hal ini muncul ide dari para guru untuk mengembangkan model pembelajaran dengan
model pembelajaran kooperatif.
Pengertian
Kerja kelompok merupakan salah satu strategi untuk mengaktifkan
siswa MIS Tanjung dalam kegiatan belajar, karena strategi ini banyak memberi
kesempatan kepada siswa untuk bekerja bersama memecahkan masalah untuk tujuan.
Keaktifan siswa untuk bertanya kepada guru, menjawab pertanyaan guru, serta
menuliskan jawaban di papan tulis atas inisiatif sendiri, dan bekerja sama
dalam kelompok diharapkan bertambah sehingga dapat meningkatkan keaktifan
pembelajaran pada umumnya.
Pembelajaran kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang
berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah teman dalam menyelesaikan suatu
masalah. Menurut Arends (2004: 356), model pembelajaran kooperatif mempunyai
ciri-ciri :
a.
Siswa bekerja dalam kelompok dengan bekerjasama untuk menyelesaikan
materi belajar.
b.
Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan akademis
tinggi, sedang dan rendah, serta berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
yang berbeda.
c.
Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
Menurut Moh.
Uzer Usman (2000: 103) dengan pengajaran kelompok kecil, memungkinkan siswa
belajar lebih aktif, memberi rasa tanggung jawab yang lebih besar,
berkembangnya dengan kreatif dan sifat kepemimpinana pada siswa, serta dapat
memenuhi kebutuhan pada siswa secara optimal.
Menurut Robert
E. Slavin (1991) yang dikutip oleh Rachmadi Widdiharto (2004: 15) belajar
kooperatif, siswa bekerja dalam kelompok dan saling membantu untuk menguasai
bahan ajar. Lowe (1989) yang dikutip oleh Rachmadi Widdiharto (2004: 15)
menyatakan bahwa belajar kooperatif secara nyata semakin meningkatkan
pengembangan sikap sosial dan belajar dari teman sekelompoknya dalam berbagai
sikap positif. Keduanya memberikan gambaran bahwa belajar kooperatif
meningkatkan sikap sosial yang positif dan kemampuan kognitif yang sesuai
dengan tujuan pendidikan.
Berdasarkan
uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran dimana siswa MIS Tanjung dapat saling bekerjasama dalam kelompok
dan saling membantu dalam memahami materi pelajaran. Dengan pembelajaran
kooperatif memungkinkan siswa MIS Tanjung belajar lebih aktif, serta dapat
memenuhi kebutuhan siswa secara optimal guna pencapaian tujuan belajar. Dalam
hal ini siswa MIS Tanjung bekerjasama dan belajar dalam kelompok serta bertanggung
jawab pula terhadap kegiatan belajar siswa lain dalam kelompoknya.
B.
Kajian Masalah dan Karakteristik
Dalam proses belajar mengajar di MIS Tanjung sudah berbagai macam
metode atau model pembelajaran yang digunakan seperti model pembelajaran langsung, diskusi, tanya jawab,
dan juga pemberian tugas. Agaknya model pembelajaran dengan model kooperatif
inilah yang mendapatkan posisi teratas dalam pencapaian hasil yang diinginkan.
Metode sebelumnya yang diterapkan ada beberapa siswa yang kurang antusias
mengikuti pelajaran dikarenakan tidak adanya motivasi belajar dari diri mereka.
Siswa tersebut masih pasif, enggan, takut, dan malu untuk bertanya. Mereka
memilih untuk diam jika ada suatu hal yang belum mereka mengerti atau pahami
dari pada harus bertanya kepada guru yang mengajar. Menurut seorang siswa, hal
ini disebabkan karena mereka tidak berani bertanya kepada guru, takut salah dan
lebih senang bertanya kepada teman. Keaktifan siswa untuk mengerjakan Pekerjaan
Rumah (PR) masih kurang, beberapa siswa mengatakan alasan mereka tidak
mengerjakan PR karena tidak bisa mengerjakan, lupa, malas dan lain sebagainya.
Keadaan tersebut, apabila didiamkan akan menyebabkan siswa semakin mengalami
kesulitan dalam mempelajari dan memahami materi pelajaran berikutnya.
Didasari dengan inilah muncul ide untuk membentuk kelas menjadi
kelompok-kelompok kecil dengan model pembelajaran kooperatif tersebut. Model
pembelajaran kooperatif ini menurut Arends (2004: 356) mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a.
Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menyelesaikan
materi belajar.
b.
Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan akademis
tinggi, sedang dan rendah serta berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin
yang berbeda.
c.
Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok daripada individu.
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran
kooperatif sebagaimana dikemukakan oleh Robert E. Slavin (1995), yaitu
penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama
untuk berhasil.
a.
Penghargaan kelompok
Pembelajaran
kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk memperoleh penghargaan
kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas
kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan
individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal
yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.
b.
Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan
kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua anggota kelompok.
Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktifitas anggota kelompok
yang saling membantu setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas
lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.
c.
Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran
kooperatif menggunakan model skoring yang mencakup nilai perkembangan
berdasarkan peningkatan hasil yang diperoleh siswa yang terdahulu. Setiap siswa
baik yang berhasil rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan
untuk berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya dengan menggunakan
model skoring itu.
Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif terdiri
dari tiga konsep yang utama yaitu penghargaan kelompok, pertanggungjawaban
individu, dan kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan.
Namun model pembelajaran kooperatif yang dilakukan di MIS Tanjung
agak sedikit berbeda dengan teori diatas yaitu dengan menggabungkan model
pembelajaran yang lain dengan menyesuaikan serta menambahkan beberapa hal yang
masih dapat di adopsi untuk melengkapi model pembelajaran kooperatif tersebut.
Penggabungan yang dilakukan pada hal-hal yang bersifat penilaian, dan
portofolio serta tes lisan dan juga hafalan.
Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif
tersebut, siswa dibagi menjadi 6 kelompok kecil dari keseluruhan jumlah 43
siswa dengan masing-masing kelompok diberikan materi atau pelajaran yang
berbeda dan guru yang berbeda. Dari 6 kelompok tersebut guru mendapatkan jadwal
yang berbeda dalam proses melakukan kegiatan belajar mengajar dan jam yang
berbeda pula dikarenakan guru MIS Tanjung ada yang memegang 2 sampai 3 mata
pelajaran. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi benturan antara kelompok satu
dengan lainnya. Proses kegiatan belajar mengajar dilakukan 2 jam pelajaran
dalam satu kali pertemuan dengan mengambil waktu diluar jam pelajaran yang
telah ditetapkan. Artinya proses kegiatan belajar mengajar dilakukan setelah
jam pelajaran utama selesai dan dilakukan pada malam hari. Tiap kelompok kecil
tersebut akan diberikan satu atau dua bab dalam satu materi pelajaran. Hal ini
dilakukan dalam setiap kelompok dari kelompok pertama hingga kelompok yang
terakhir dengan materi yang sama, hingga perputaran pemberian materi tersebut
dapat terlaksana pada tiap kelompok kecil tersebut. Dengan cara seperti ini,
siswa MIS Tanjung dapat fokus dalam menerima pelajaran.
C.
Pengkomunikasian (Channel)
Dalam proses pengkomunikasian model pembelajaran kooperatif ini,
guru dan kepala sekolah menggunakan informasi lisan dan pemberian jadwal.
Proses pengkomunikasian ini dilakukan dikelas dengan menghadirkan seluruh
siswa, guru dan kepala sekolah MIS Tanjung. Dalam hal ini orang tua tidak
diikutsertakan, karena jadwal ini hanya berhubungan dengan warga sekolah. Namun
dilain pihak sebagai orang tua hanya diberikan surat pemberitahuan yang berkenaan
dengan model pembelajaran kooperatif ini beserta waktu pelaksanaan yang akan
digunakan untuk kegiatan tersebut diatas.
Pengkomunikasian tersebut menjelaskan bagaimana proses pelaksanaan
pembelajaran yang akan dilakukan, pembagiannya seperti apa, dan juga bagaimana
proses penyampaian materi pelajaran yang akan dilakukan. Secara garis besar
semua siswa dalam hal ini kelas 6 dapat memahami apa yang nantinya akan
dilakukan untuk mendapatkan materi pelajaran yang telah ditetapkan. Setiap
tahapan penginformasian proses pembelajaran tersebut guru memberikan penekanan
kata atau kalimat tertentu agar siswa dapat memahami apa yang harus dilakukan
pada saat pembelajaran nanti. Informasi ini penting diberitahukan diawal karena
akan menyebabkan siswa siap dalam menerima proses pembelajaran tersebut.
Informasi tersebut adalah tentang materi yang akan diajarkan, proses
penyampaian materi, penilaian dengan portofolio, tes lisan, dan juga tertulis,
serta evaluasi tahap akhir dari seluruh kegiatan.
D.
Kajian Inovasi terhadap Siswa
Komunikasi seorang guru terhadap peserta didik adalah sebagai alat
bantu untuk berhubungan dengan seorang siswa baik secara oral, verbal, maupun
bahasa tubuh. Menimbulkan tindakan nyata adalah
indikator efektivitas komunikasi yang paling penting. Karena untuk menimbulkan
tindakan, para guru harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian,
membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan yang baik. Tindakan
adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi. Ini bukan saja memerlukan
pemahaman tentang seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses
komunikaksi, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku anak-anak
kita.
Dalam
hal ini ketika kami melakukan studi kasus di MIS Tanjung, terlihat jelas bahwa
siswa MIS Tanjung dapat menerima apa yang disampaikan oleh guru baik itu proses pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan, pembagiannya
seperti apa, dan juga bagaimana proses penyampaian materi pelajaran yang akan
dilakukan. Namun ada beberapa anak yang terlihat kurang memahami apa yang
disampaikan oleh guru. Kemudian pengulangan penjelasan baik itu proses
pembelajaran, dan juga bagaimana proses penilaiannya, akhirnya siswa tersebut
dapat memahami apa yang akan menjadi bagian dari proses pembelajaran tersebut.
Ketika terjadi proses pembelajaran para siswa terlihat antusias
dalam melaksanakan prosesnya. Dikatakan menikmati juga tidak terlalu menikmati,
karena proses pembelajaran tersebut terjadi diwaktu malam hari, dimana
sebelumnya para siswa melakukan kegiatan pembelajaran diwaktu pagi yaitu
disekolah dan sore hari di madrasah atau TPQ. Terjadi kelelahan pada diri siswa
baik fisik maupun non fisik. Akibatnya siswa kurang berkonsentrasi dalam
menerima materi pelajaran yang diajarkan. Menurut keterangan dari guru yang
memberikan materi pelajaran, hal ini terjadi setiap kali kegiatan berjalan.
Banyak diantara siswa susah untuk menerima materi yang diajarkan. Namun
demikian secara keseluruhan siswa dapat melaksanakan kegiatan tersebut dengan
baik.
E.
Kesulitan yang Dihadapi
Dari
sudut pandang pedagogis, sifat-sifat Khalifah Umar amat dibutuhkan guru dan
anak didiknya dalam upaya mengembangkan budaya avonturir; menjelajah alam
pikiran dan pengetahuan dengan penuh keberanian, mau mengambil resiko tapi
disertai dengan kejujuran, dan kemampuan mengelola imajinasi secara kreatif.
Jika budaya ini tumbuh subur di lingkungan sekolah kita, pastilah anak
Indonesia akan tumbuh menjadi serangkaian karakter Umar yang bukan hanya
berani, tegas, dan jujur, tetapi juga kreatif sekaligus imajinatif.
’Imajinasi
lebih menentukan ketimbang ilmu pengetahuan,’ demikian
petuah Albert Einstein. Membuat anak didik kita berani dalam berimajinasi
adalah tugas kita semua, para guru dan orangtua. Sebab keberanian melakukan
imajinasi sama dengan berijtihad, yaitu kemampuan berlaku, berpikir dan
berusaha secara sungguh-sungguh. Dalam bahasa agama, sekalipun terdapat
kesalahan dalam berijtihad, maka seseorang akan memperoleh satu pahala.
Sedangkan jika ijtihadnya benar, maka kepadanya akan dinisbatkan dua pahala sekaligus.
Namun
tidak jarang kesulitan yang dihadapi dalam proses belajar mengajar terjadi.
Kesulitan itu dapat berupa proses penyampaian materi atau teknik mengajar,
sarana dan prasarana, pengetahuan, dan juga hal-hal lain yang menjadi bagian
dari proses belajar mengajar. Disetiap sekolah akan terjadi seperti hal diatas
tentunya juga di MIS Tanjung. Dalam proses belajar mengajar guru di MIS Tanjung
mengalami kesulitan karena kurangnya sarana dan prasarana pembelajaran yang
berupa alat peraga, dan teknik dalam penyampaian materi. Dan dari kesulitan
diatas akhirnya ada beberapa guru yang memberikan soal-soal latihan saja setiap
kali pertemuan dengan alasan anak sudah diberikan materi ketika proses belajar
mengajar diwaktu pagi hari. Dan inilah yang menyebabkan anak merasakan
kebosanan, keengganan, ketidakseriusan dan tidak menikmati dalam pelaksanaan
kegiatan tersebut. Kecenderungan anak akhirnya berubah menjadi bercanda dengan
teman-teman lainnya, ada juga yang pergi bermain, dan juga menggambar untuk
menghilangkan kejenuhan dalam proses tersebut.
Melihat
kondisi tersebut, kepala sekolah kemudian memberikan penilaian dan evaluasi
dalam proses pembelajaran yang harusnya dilaksanakan sesuai kesepakatan.
Setelah dilakukan penilaian dan evaluasi terhadap guru yang keluar dari proses
pembelajaran yang telah ditetapkan, akhirnya guru melakukan sesuai dengan
kesepakatan. Evaluasi yang dilakukan oleh kepala sekolah MIS Tanjung adalah
memberikan arahan terhadap guru untuk melakukan pembelajaran model kooperatif,
memberikan solusi kesulitan guru dalam proses pembelajaran berupa teknik
penyampaian materi, dan juga mengarahkan anak untuk mengikuti proses belajar
mengajar tersebut dengan memberikan motivasi agar anak lebih semangat lagi
dalam belajar. Model penyampaian materi dengan cerita juga dilaksanakan dengan
tujuan anak dapat lebih memahami materi dan juga anak tidak merasa bosan dengan
proses belajar mengajar tersebut.
Kemudian setelah proses pembelajaran terjadi guru memberikan
penilaian terhadap kelompok dan juga pada masing-masing siswa. Dalam
penilaiannya, guru MIS Tanjung tidak hanya memberikan penilaian berupa angka.
Akan tetapi juga dilakukan penilaian terhadap sikap dan tingkah laku siswa
dalam proses pembelajaran tersebut. Setelah penilaian dilaksanakan kemudian guru
melakukan evaluasi pada tiap kelompok tentang hasil yang didapat dalam proses
pembelajaran yang dilakukan siswa di kelas 6 tersebut.
BAB II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Setelah beberapa hal yang kami amati dari hasil pembelajaran siswa
di MIS Tanjung Tirto Kabupaten pekalongan, kami menemukan berbagai macam
informasi yang bisa diambil kesimpulan. Kesimpulannya adalah :
a.
Bahwa model pembelajaran secara kooperatif di MIS Tanjung tidak
terpaku hanya pada model tersebut, tetapi ada beberapa hal yang ditambahkan
untuk melengkapi kekurangan yang ada dalam model pembelajaran kooperatif
tersebut.
b.
Model pembelajaran kooperatif ini menurut kepala sekolah, guru dan
siswa dapat memberikan hasil yang cukup baik, dimana ketika melihat hasil dari
Ujian siswa MIS Tanjung Tirto Pekalongan terdapat peningkatan nilai dan juga
sosialisasinya terhadap teman yang lain dan guru. Sehingga anak tidak canggung,
malu dan takut untuk mengatakan dan bertanya apa yang menjadi beban mereka
dalam belajar.
c.
Dengan melihat proses belajar mengajar di MIS Tanjung dapat dilihat
bahwa, dalam penyelesaian masalah yang dihadapi, guru dan kepala sekolah dapat
bekerjasama dengan baik ketika terjadi penyimpangan dari kesepakatan, mereka
dapat menyelesaikan dengan jalan evaluasi dan pemberian saran dan cara untuk
menyampaikan materi pelajaran. Kemudian disisi lain siswa juga diberikan
motivasi untuk dapat lebih giat dalam belajar guna mencapai tujuan yang
diharapkan.
d.
Selain model kooperatif digunakan, ada metode lain yang dipakai
yaitu bercerita. Tujuan dari bercerita ini adalah agar siswa MIS Tanjung dapat
lebih memahami materi pelajaran dan menghilangkan kebosanan siswa dalam
belajar.
B.
Saran
Dalam proses pembelajaran tentunya terjadi berbagai macam kesalahan
tindakan, maupun dalam proses belajar mengajar. kesalahan dalam proses belajar
mengajar adalah wajar selama tidak menyimpang dari koridor kurikulum dan
kesopanan yang ada. Dari beberapa hal yang kami lihat dari proses pembelajaran
dengan model kooperatif tersebut diatas maka, kami memberikan saran kepada para
guru dan kepala sekolah bahwa :
a.
Pembelajaran model kooperatif sebaiknya dapat lebih diperluas lagi,
tidak hanya di kelas 6, akan tetapi dilakukan juga ditingkat bawah.
b.
Dalam proses pembelajaran ini seharusnya ketika sudah disepakati,
guru dapat melaksanakannya dengan baik.
c.
Dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif ini, tidak hanya
diberitahukan melalui surat pemberitahuan saja kepada orang tua. Ada baiknya orang tua diajak untuk musyawarah
lebih dulu, agar para orang tua dapat memberikan saran dan informasi yang lebih
baik dari apa yang telah dilaksanakan.
d.
Koordinasi yang terlihat dari para siswa, masih ada siswa yang
terlalu dominan dalam kelompok. Akibatnya siswa yang lain tidak dapat
mengajukan pertanyaan dan bertanya kepada guru. Maka guru dapat memberikan
kesempatan kepada siswa yang lain untuk bertanya kepada guru yang bersangkutan.
Demikian hasil studi kasus kami tentang model pembelajaran
kooperatif di MIS Tanjung Tirto Kabupaten Pekalongan. Maka disini kami dapat
memberikan informasi bagaimana model pembelajaran kooperatif di MIS Tanjung
tersebut dilaksanakan. Setiap manusia pastinya ada khilaf dan salah. Untuk itu
kami sebagai penulis memohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan studi
kasus ini kepada guru, kepala sekolah, dan siswa MIS Tanjung. Terima kasih atas
bantuan dari seluruh keluarga besar MIS Tanjung atas segala informasi yang
diberikan kepada kami.
DAFTAR PUSTAKA
R. Terry George, Prinsip-prinsip
Manajemen, PT. Bumi Aksara, Jakarta, 2009.
Yamin Moh., Panduan Manajemen
Mutu Kurikulum Pendidikan, DIVA Press (Anggota IKAPI), Jogjakarta, 2012.
Slavin,
Robert E. Cooperative Learning. Theory, Research, and Practice:
Second Edition. Boston: Allyn and Bacon, 1995.
Ibrahim, Inovasi Pendidikan,
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988.
Rachmadi, W., Model-Model Pembelajaran Matematika
SMP, Bahan Ajar Diklat di PPPG Matematika, Yogyakarta: PPPG Matematika,
2006.
BOGRAFI PENULIS
Burhanudin,
lahir di Pekalongan, 1991. Menempuh pendidikan dasar di SDN Pandanarum Tirto
tetapi tidak sampai selesai hanya sampai kelas 3 dan melanjutkan di SDN
Karanganyar Tirto sampai selesai. Melanjutkan ke MTs.S Wonoyoso Buaran, dan di
MAN 2 Pekalongan. Sekarang masih menempuh S1 di Sekolah Tinggi Agama Islam Ki
Ageng Pekalongan (STIKAP ) dengan mengambil Prodi Manajemen Pendidikan Islam. Dan
pernah bekerja di bordir komputer di Kedungwuni tetapi tidak beberapa lama
keluar dari pekerjaan itu karena merasa tidak cocok dengan kebijakan
manajernya.
Nama
: Abdul Jami’
Alamat
: Dk. Geritan Desa Kayugeritan, Karanganyar, Pekalongan
Tempat
Lahir : Pekalongan
Tanggal
Lahir : 5 April 1990
Riwayat
pendidikan :
1.
SDN Kayugeritan 02
2.
MTs YMI Wonopringgo lulus tahun 2005
3.
SMA Islam YMI Wonopringgo tahun 2008
4.
D1 Komputer Manajemen 2009
5.
Sedang melanjutkan S1 Tarbiyah
Mohammad Khirzudin, lahir di Pekalongan, 1989. Pendidikan
dilaluinya dengan keluar-masuk beberapa sekolah tingkat dasar hingga menengah.
Tingkat dasar dari SDN 01 Legok Kalong Karanganyr, SDN 04 Pedawang Karanganyar,
MII Karanganyar dan terakhir di SDN 01 Pekiringan Ageng Kajen hingga tamat.
Melanjutkan ke SMP Islam YMI Wonopringgo dan menamatkan pendidikan menengahnya
di SMP NU kajen. Setelah lulus beberapa tahun sempat berhenti tidak melanjutkan
pendidikannya, kegiatannya beberapa tahun itu dari mengikuti pembinaan dan pelatihan
kerja yang diselenggarakan dan difasilitasi oleh pemerintah provinsi Jawa
Tengah di PSBR Wira Adi Karya Ungaran Semarang selama kurang lebih empat bulan.
Setelah selesai, selama hampir dua tahun memperdalam ketrampilan di bidang
otomotif yang didapat dari pelatihan dengan bekerja di bengkel. tapi akhirnya
merasa jenuh memilih keluar dan bekerja serabutan. Tahun 2007 melanjutkan
pendidikan kesetaraan SMA di SKB PEKALONGAN di Kajen dan lulus tahun 2010.
Kemudian pada tahun 2011 baru meneruskan pendidikannya di Sekolah Tinggi Islam
Ki Ageng Pekalongan (STIKAP) sampai sekarang.
Afrianto Baron,
lahir di Pekalongan 15 Juni 1982. Dengan nama panggil Baron dan itu nama
satu-satunya yang tidak ada rival di desa Sayudan (Kebulen) Pekalongan. Menyelesaikan
tingkat dasar di SD Medono 03 Pekalongan hingga lulus, melanjutkan ke SMP N 13
Pekalongan jurusan Kelistrikan, dan di SMK N 2 Pekalongan jurusan Akuntansi
lulus tahun 2001. Setelah lulus langsung bekerja di sebuah jasa pengetikan di
Pekalongan dan menjadi sales di Sri Kresna Buaran. Kemudian meninggalkan
pekerjaan tersebut untuk mencari pekerjaan lain dan menemukan pekerjaan yang
sama yaitu menjadi sales di distributor PANTURA. Akhirnya pada tahun 2002 setelah
lama menjadi sales kemudian di terima di TPQ Samborejo Kabupaten Pekalongan selama 3 tahun bersamaan dengan dimintanya untuk mengajar di MIS Tanjung Tirto Pekalongan
pada tahun 2003 hingga sekarang. Sekarang ini sedang meneruskan di sebuah
perguruan tinggi di Kabupaten Pekalongan yaitu STIKAP.