Mantan defender tim nasional Portugal ini menemukan kesetaraan, kedamaian, dan kebebasan dalam Islam.
Masuk Islam, dan mengabdikan diri untuk kepentingan kemanusiaan. Itulah yang dilakukan Abel Xavier setelah tidak aktif lagi sebagai pemain sepakbola.
Abel Luís da Silva Costa Xavier lahir 30 November 1972. Dia seorang pemain sepakbola berkebangsaan Portugal yang pada saat terakhir membela klub Los Angeles Galaxy. Dia pernah membela klub Estrela da Amadora, S.L. Benfica, AS Bari, Real Oviedo, PSV Eindhoven, Everton F.C., Liverpool F.C., Galatasaray S.K., Hannover 96, A.S. Roma, dan Middlesbrough F.C. Di timnas Portugal, dia bermain 20 kali dan mencetak dua gol. Setelah pensiun dari dunia sepakbola pada 2010, dia memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Abel Xavier mengadakan konferensi pers di Ras Al Khaimah Stadion di Uni Emirat Arab sebelum pertandingan liga dan ia mengumumkan keislaman dan nama barunya: Faisal.
Abel mengadakan konferensi pers di hadapan anggota keluarga kerajaan Uni Emirat Arab dan resmi mengumumkan pensiun dari karier sepakbola profesionalnya. Dia sekarang sudah siap untuk mengambil bagian dalam proyek-proyek kemanusiaan yang akan bermanfaat bagi kehidupan jutaan orang di Afrika.
Sepantasnyalah Abel ingin membalas jasa kepada tempat kelahirannya di Mozambiq, sebuah negara di Afrika yang pernah menjadi koloni Portugal. Seperti kebanyakan penduduk di negara-negara berkembang, saudara-saudaranya di Mozambiq masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Abel merasa berutang budi karena hidupnya sekarang yang boleh dikatakan berhasil. Apalagi setelah pindah agama dan menjadi seorang muslim, dia belajar banyak hal tentang kepedulian, perhatian, dan empati kepada sesama. Menjadi seorang muslim baginya adalah menjadikan dirinya bermanfaat bagi kehidupan untuk sesama.
Banyak hal yang didapatkannya dalam agama barunya. Abel merasakan bagaimana indahnya persaudaraan dan saling berbagi. Kewajiban shalat sangat mengedepankan kolektivitas atau berjama’ah, sama seperti sepakbola. Ini yang menggugahnya untuk memikirkan saudara-saudara yang nasibnya masih belum beruntung. Dia merasa bersyukur bisa mengenal Islam, karena dengan begitu dia bisa mendedikasikan apa yang telah Allah berikan untuk dibagi kepada sesama.
Abel Luís da Silva Costa Xavier lahir 30 November 1972. Dia seorang pemain sepakbola berkebangsaan Portugal yang pada saat terakhir membela klub Los Angeles Galaxy. Dia pernah membela klub Estrela da Amadora, S.L. Benfica, AS Bari, Real Oviedo, PSV Eindhoven, Everton F.C., Liverpool F.C., Galatasaray S.K., Hannover 96, A.S. Roma, dan Middlesbrough F.C. Di timnas Portugal, dia bermain 20 kali dan mencetak dua gol. Setelah pensiun dari dunia sepakbola pada 2010, dia memutuskan untuk memeluk agama Islam.
Abel Xavier mengadakan konferensi pers di Ras Al Khaimah Stadion di Uni Emirat Arab sebelum pertandingan liga dan ia mengumumkan keislaman dan nama barunya: Faisal.
Abel mengadakan konferensi pers di hadapan anggota keluarga kerajaan Uni Emirat Arab dan resmi mengumumkan pensiun dari karier sepakbola profesionalnya. Dia sekarang sudah siap untuk mengambil bagian dalam proyek-proyek kemanusiaan yang akan bermanfaat bagi kehidupan jutaan orang di Afrika.
Sepantasnyalah Abel ingin membalas jasa kepada tempat kelahirannya di Mozambiq, sebuah negara di Afrika yang pernah menjadi koloni Portugal. Seperti kebanyakan penduduk di negara-negara berkembang, saudara-saudaranya di Mozambiq masih banyak yang hidup di bawah garis kemiskinan. Abel merasa berutang budi karena hidupnya sekarang yang boleh dikatakan berhasil. Apalagi setelah pindah agama dan menjadi seorang muslim, dia belajar banyak hal tentang kepedulian, perhatian, dan empati kepada sesama. Menjadi seorang muslim baginya adalah menjadikan dirinya bermanfaat bagi kehidupan untuk sesama.
Banyak hal yang didapatkannya dalam agama barunya. Abel merasakan bagaimana indahnya persaudaraan dan saling berbagi. Kewajiban shalat sangat mengedepankan kolektivitas atau berjama’ah, sama seperti sepakbola. Ini yang menggugahnya untuk memikirkan saudara-saudara yang nasibnya masih belum beruntung. Dia merasa bersyukur bisa mengenal Islam, karena dengan begitu dia bisa mendedikasikan apa yang telah Allah berikan untuk dibagi kepada sesama.
Perpisahan Emosional
Interaksinya dengan keluarga kerajan di Uni Emirat Arab semakin membuka matanya dalam menilai Islam. Banyak informasi distortif yang diterimanya dulu tentang Islam ternyata dalam kenyataan tidak seperti itu.
Ketika akan pulang dari lawatannya yang penuh kesan di Dubai, yang merupakan faktor pemicu paling kuat dalam proses dirinya memeluk Islam, Abel tidak mampu menyembunyikan perasaannya. "Ini sebuah perpisahan emosional," kata Abel Xavier. "Pada saat-saat kesedihan, aku menemukan kenyamanan dalam Islam. Perlahan-lahan, aku belajar agama yang mengakui perdamaian, kesetaraan, kebebasan, dan harapan. Ini adalah dasar yang aku kenali. Hanya setelah pengetahuan mendalam dan pengalaman yang intens aku mengambil keputusan ini. Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga kerajaan untuk cinta dan kasih sayang mereka. Mereka memelukku dan membuatku merasa istimewa."
Bakat dari Kecil
Mantan bek Benfica dan Liverpool ini ikut ambil bagian bersama tim nasional Portugal dalam kejuaraan dunia anak-anak di bawah umur 17 tahun. Dia tidak ikut membela Portugal pada kejuaraan Eropa tahun 1996, tetapi menjadi tokoh kunci dalam timnya di kejuaraan Eropa tahun 2000. Dia diingat bukan hanya karena permainannya yang baik, tapi juga karena penampilannya yang menonjol dengan rambut putihnya dan jenggotnya yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang gelap.
Sepakbola adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan Abel. Masa kecil dilaluinya di Mozambiq. Seperti kebanyakan anak-anak laki-laki seusianya, bermain sepakbola merupakan kesenangan yang mewarnai masa kecilnya.
Bakatnya sudah tampak sejak kecil, dia piawai menggocek bola dan mempunyai tendangan yang keras. Dibandingkan dengan teman sebayanya, Abel memang mempunyai fisik yang lebih besar dan kuat.
Sejak kecil dia bercita-cita menjadi penyerang. Tapi melihat ketangguhan fisiknya, ketika dibawa ke Portugal, sang pelatih mengarahkannya menjadi defender.
Ketika membela tim junior Portugal di kancah internasional pada usia 16 tahun, kiprahnya mendapat banyak pujian. Sebagai defender, palang pintu terakhir sebelum penjaga gawang, dia sangat lugas dan tanpa kompromi. Konsentrasi dan stamina merupakan faktor yang sangat menentukan, di samping skill. Sekali saja dia lengah, penyerang lawan akan langsung menerobos garis penalti. Tackling dan kontrol bolanya juga luar biasa. Sehingga jarang penyerang lawan yang bisa melewatinya dengan mudah.
Ketika akan pulang dari lawatannya yang penuh kesan di Dubai, yang merupakan faktor pemicu paling kuat dalam proses dirinya memeluk Islam, Abel tidak mampu menyembunyikan perasaannya. "Ini sebuah perpisahan emosional," kata Abel Xavier. "Pada saat-saat kesedihan, aku menemukan kenyamanan dalam Islam. Perlahan-lahan, aku belajar agama yang mengakui perdamaian, kesetaraan, kebebasan, dan harapan. Ini adalah dasar yang aku kenali. Hanya setelah pengetahuan mendalam dan pengalaman yang intens aku mengambil keputusan ini. Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada keluarga kerajaan untuk cinta dan kasih sayang mereka. Mereka memelukku dan membuatku merasa istimewa."
Bakat dari Kecil
Mantan bek Benfica dan Liverpool ini ikut ambil bagian bersama tim nasional Portugal dalam kejuaraan dunia anak-anak di bawah umur 17 tahun. Dia tidak ikut membela Portugal pada kejuaraan Eropa tahun 1996, tetapi menjadi tokoh kunci dalam timnya di kejuaraan Eropa tahun 2000. Dia diingat bukan hanya karena permainannya yang baik, tapi juga karena penampilannya yang menonjol dengan rambut putihnya dan jenggotnya yang sangat kontras dengan warna kulitnya yang gelap.
Sepakbola adalah bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan Abel. Masa kecil dilaluinya di Mozambiq. Seperti kebanyakan anak-anak laki-laki seusianya, bermain sepakbola merupakan kesenangan yang mewarnai masa kecilnya.
Bakatnya sudah tampak sejak kecil, dia piawai menggocek bola dan mempunyai tendangan yang keras. Dibandingkan dengan teman sebayanya, Abel memang mempunyai fisik yang lebih besar dan kuat.
Sejak kecil dia bercita-cita menjadi penyerang. Tapi melihat ketangguhan fisiknya, ketika dibawa ke Portugal, sang pelatih mengarahkannya menjadi defender.
Ketika membela tim junior Portugal di kancah internasional pada usia 16 tahun, kiprahnya mendapat banyak pujian. Sebagai defender, palang pintu terakhir sebelum penjaga gawang, dia sangat lugas dan tanpa kompromi. Konsentrasi dan stamina merupakan faktor yang sangat menentukan, di samping skill. Sekali saja dia lengah, penyerang lawan akan langsung menerobos garis penalti. Tackling dan kontrol bolanya juga luar biasa. Sehingga jarang penyerang lawan yang bisa melewatinya dengan mudah.
Dalam karier profesionalnya yang sangat lengkap dari berbagai klub elite dunia, cirinya yang sangat menonjol adalah rambutnya yang selalu dicat putih di tengah kulitnya yang gelap. Dengan tampilan yang demikian, dia berdiri kokoh sebagai bek sentral, yang membuat ciut nyali penyerang lawan.