Tiap negara punya masalah, meskipun tentu bisa berbeda antara negara satu dengan lainnya. Nah pada tahap itulah, yaitu bagaimana respon suatu negara dalam menyelesaikan masalahnya, maka akan terlihat kelasnya, negara maju atau negara tertinggal.
Kelas suatu negara kadang-kadang tidak ada kaitannya langsung dengan besaran-besaran fisik di dalamnya, seperti misalnya jumlah rakyatnya, luas wilayahnya, atau keaneka-ragaman alam di dalamnya. Umumnya diyakini bahwa kelas suatu negara banyak tergantung dari tingkat budaya manusia penghuninya, yang secara awam dapat ditunjukkan dari ada atau tidak adanya manusia pintar yang berkarakter dan mau berbagi bagi bangsanya.Macet misalnya,kita sehari-sehari di jakarta menjumpainya, dari sejak lima atau sepuluh tahun yang lalu, macet juga sudah ada, dan sekarang semakin menjadi-jadi. Berarti selama itu, tidak ada respon pemerintah kita yang berarti. Padahal sudah menjadi keyakinan umum bahwa cara mengatasinya relatif mudah yaitu disediakannya suatu sistem mass rapid transportation (mrt) yang baik. Jadi meskipun dapat dikatakan bahwa sudah ada busway dan itu juga bisa disebut mrt, tetapi karena macetnya masih ada dan bahkan semakin menjadi-jadi, artinya mrt yang disediakan belum baik.
Hanya ada perbedaannya, di swiss jalannya yang mempunyai masalah adalah di luar kotanya. Adapun di dalam ibukotanya sendiri, karena sudah tersedia mrt yang baik maka tidak ditemui suatu masalah yang cukup berarti. Dari studi penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa kemacetan jalan-jalan tersebut karena ada pertambahan lalu-lintas kendaraan dari truk trailer peti kemas. Karena jalannya melewati pegunungan alpen yang terjal dan tinggi maka keberadaan truk trailer mengurangi kapasitas jalan yang ada.
gambar 1. St gothard pass diketinggian 2108 m di alpen, swiss
gambar 1. Adalah jalur jalan st gothard pass, pada ketinggian 2108m (6915 feet), letaknya di tengah-tengah wilayah negera swiss atau switzerland. Jalur tersebut penting karena menghubungkan negeri german di utara dan negeri italia di selatan. Itulah alasannya mengapa jalur yang seperti itu tetap dilewati oleh truk-truk trailer pengangkut peti kemas.
solusi masalah tentang kemacetan di sini, khususnya di ibukota telah dicoba di atasi dengan menciptakan jalur jalan khusus untuk busway. Memang cara ini belum dapat dinikmati oleh warga jakarta secara keseluruhan , meskipun demikian masih lebih baik dibanding tidak ada solusi permasalahan yang ada. Yah semacam mass rapid transportation yang terbatas, maklum kelasnya masih segitu sih.
Sedangkan di swiss, kemacetan karena kondisi jalannya tersebut akan diatasi dengan ditingkatkannya moda transportasi kereta api. Maklum sumbernya adalah truk-truk trailer besar pengangkut bahan-bahan pokok dan perdagangan antar negara, maka tentunya jika volumenya dapat dikurangi karena adanya moda transportasi ka maka tentunya truk-truk trailer besar tersebut tidak diperlukan lagi. Faktor kemacetan hilang, maka tentunya jalan menjadi lancar. Betul tidak.
Hanya saja masalahnya adalah kereta api kalau disuruh naik gunung seperti jalur di atas tentu akan kalah jauh dibanding truk. Lokomotifnya khan hanya satu dan itupun harus menarik gerbong-gerbong yang banyak dibelakangnya. Tentang teknologi perkereta-apian, swiss adalah salah satu jagonya, lihat saja contohnya.
Sedangkan di swiss, kemacetan karena kondisi jalannya tersebut akan diatasi dengan ditingkatkannya moda transportasi kereta api. Maklum sumbernya adalah truk-truk trailer besar pengangkut bahan-bahan pokok dan perdagangan antar negara, maka tentunya jika volumenya dapat dikurangi karena adanya moda transportasi ka maka tentunya truk-truk trailer besar tersebut tidak diperlukan lagi. Faktor kemacetan hilang, maka tentunya jalan menjadi lancar. Betul tidak.
gambar 2. Typical ka pengangkut barang antar negara di swiss
Terowongan kereta api gotthard yang lama telah dibangun lebih seabad yang lalu, yaitu sejak tahun 1882 . Bayangkan itu, kita di indonesia masih jaman apa, sedangkan di swiss sudah mampu membuat terowongan di bawah tanah dan dapat dilewati secara aman oleh kereta api sampai sekarang.
Jadi adanya terowongan-terowongan seperti itulah, maka jalur kereta apinya sudah mencapai limit batas kapasitasnya. Dengan demikian tentunya dapat dimaklumi jika ada rencana baru yang diajukan maka itu tentunya cukup menarik.
Bayangkan...... Itu belum pernah ada sebelumnya. Kondisi ini jika terjadi pada negeri kita, pasti akan banyak yang mencemoh, yah kira-kira aku bisa membayangkannya, mungkin salah satunya adalah seperti ini :“masih banyak rakyat yang makannya susah aja, mau bikin terowongan seperti itu. Gimana nanti kalau runtuh ?. Duitnya ngutang lagi, nanti di korup lagi“ . Iya khan. Adanya komentar-komentar miring seperti itu, ditambah pemimpinnya yang terlalu banyak pertimbangan dan kurang berani, maka dapat dipastikan ngeper dalam memperjuangkan.
Kapan orang-orang negeri kita bisa seperti itu, bayangkan saja, negeri kita ini khan katanya seperti zamrud di kathulistiwa. Tuhan sudah memberi alam yang hijau, yang merupakan paru-paru dunia, tetapi karena ada segelintir orang yang berorientasi pada materiil, maka terjadilah pembalakan hutan dimana-mana. Banjir akibatnya, tetapi ketika itu terjadi, maka pejabatnya cepat-cepat membuat pernyataan bahwa itu semua bukan karena adanya pembalakan, tetapi karena . . . . . . .nasib.
Untuk pelaksanaannya sendiri digunakan dua cara, ada yang masih memakai cara lama yaitu dinamit karena batuannya sangat keras, tetapi untuk yang tanahnya standar digunakan alat khusus, tunnel boring machines (tbm) yang biasa digunakan juga dalam pembuatan mrt di kota-kota berbudaya tinggi. Sistem conveyor khusus perlu dibuat sehingga galian batu atau tanah terowongan dapat dibawa keluar dengan cepat. Informasi yang ada, tanah galian yang dibawa keluar lebih besar dibanding volume gedung pencakar langit empire state building. Yah maklum 57 km, apalagi dua lubang.
Yah terbukti lagi, bahwa teknologi jika digunakan dengan tepat mampu menjadi solusi yang sebelumnya tidak pernah ada. Beranikah negeri kita ini juga mengadopsinya bagi kepentingan masyakat banyak sehingga masalah-masalah yang ada tidak hanya sekedar diberi wacana-wacana penyelesaian tetapi benar-benar terwujud. Masalah-masalah yang dimaksud bisa saja mulai dari kemacetan dan banjir di ibukota, atau bahkan penyatuan pulau Jawa dan Sumatera dan lain-lainnya yang masih menumpuk untuk mendapat perhatian. Semoga dengan membaca artikel ini, saudara sebangsa akhirnya mempunyai keberanian untuk mengambil tindakan nyata. Semoga.